Jogja Darurat Sampah, Saatnya Kurangi Potensi Sampah

 

Jogja darurat sampah

Bukan cuma persoalan kenaikan harga kebutuhan pokok yang bikin aku pusing belakangan ini. Tapi juga masalah sampah. Beberapa kali tempat pembuangan sampah di dekat rumah tutup. Dan yang ini paling lama, masa rencananya mau satu setengah bulan? Mau jadi apa Jogja dengan pemandangan sampah di mana-mana? 

Beberapa hari sampah yang ada di depan rumah dibiarkan saja oleh petugas kebersihan jalan. Aku pun menyimpan beberapa bungkusan sampah di dalam rumah. Nggak kebayang orang jualan akan buang sampahnya ke mana? 

Stop Produksi Sampah dari Rumah

Dari dulu persoalan sampah memang nggak pernah selesai-selesai. Ajaran buanglah sampah pada tempatnya sewaktu kecil dulu sudah tidak lagi relevan di jaman sekarang. Lha wong tempatnya aja ditutup. 

Sekarang saatnya ajarkan anak-anak dan orang dewasa juga untuk mengelola sampah. Paling enggak kurangi untuk memproduksi sampah. Misal, beli makanan bawa wadah sendiri jadi nggak usah diplastikin. Bawa botol minum sendiri kalo berpergian jadi tidak perlu beli minuman kemasan. 

Banyak orang yang mulai mengajak untuk mendaur ulang sampah, plastik, botol, kertas atau apapun. Tetapi hal itu butuh keuletan dan juga waktu. Banyak orang terlalu sibuk sehingga tidak sempat mengurusi sampah. 

Dari Mana Sampah Berasal? 

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022.

Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 39,63% di antaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga.

Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Diikuti sampah plastik dengan proporsi 18,55%.

Cara Mengurangi Sampah Rumah Tangga

Dibutuhkan pengorbanan agar bumi yang jadi tempat tinggal kita satu-satunya tetap terjaga kelestariannya. Dan manusia tetap bisa hidup dengan aman dan mendapat manfaat besar dari bumi. Yaitu dengan mengurangi, memilah dan mengelola sampah. 

Hal-hal sederhana yang bisa dimulai dari rumah:

1. Stop pemakaian tisu. Ganti dengan lap, sapu tangan atau handuk. 

2. Selalu bawa botol minum dari rumah agar tidak perlu membeli minuman kemasan. Jika habis bisa beli di warung dengan mengisi ulang botol atau minum di tempat. 

3. Bawa wadah makanan sendiri jika membeli makan dibawa pulang, agar tidak timbul sampah plastik. 

4. Pisahkan sampah organik yaitu, kulit buah, sisa makanan, sisa sayuran, kulit bawang dan yang bisa membusuk dari sampah anorganik. Masukkan di pot atau kubur di tanah, bisa dimanfaatkan jadi pupuk organik. 

5. Pisahkan kardus, plastik, botol plastik untuk dijual ke pengepul atau bank sampah. 

6. Habiskan makananmu. Ambil secukupnya agar tidak terjadi sisa sampah makanan. Sampah makanan menjadi penyumbang terbesar timbulan sampah. 

7. Kurangi membeli makanan dan snack kemasan plastik agar mengurangi potensi timbul sampah kemasan. 

8. Beli dalam ukuran besar. Membeli ukuran sachet kecil-kecil akan menimbulkan lebih banyak sampah. 

9. Bila belanja di superindo bisa minta struk elektronik yang dikirim melalui email. Ini akan mengurangi sampah kertas. 

10. Belanja membawa tas sendiri. Gunakan ulang sampai tas tidak bisa dipakai lagi. 

11. Kurangi menerima pamflet, brosur atau lembaran kertas yang dibagikan di mall, jalan-jalan. Hanya menambah jumlah sampah kertas.

12. Jika makan ditempat, pilih restoran atau rumah makan dengan alat makan yang dapat dipakai lagi. Hindari outlet yang hanya memberikan alat makan sekali pakai. 

Dari daftar di atas mungkin akan bertambah lagi. Aku sendiri mulai menerapkan hal-hal di atas. Meski untuk popok anak, aku masih pilih yang sekali pakai, karena repot untuk cuci-cucinya. Udah capek duluan ngurus rumah dan anak sendirian tanpa bantuan siapa pun. 

Intinya sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi semua penduduk di bumi. Pemerintah sebaiknya makin gencar memberikan sosialisasi pengelolaan sampah dan menyediakan tempat-tempat yang mendukung pengelolaan sampah. 

Bak sampah juga harus dibeda-bedakan antara organik dan anorganik. Jika perlu disediakan petugas yang membantu orang buang sampah. 

Semoga masalah sampah ini bisa diselesaikan segera agar tercipta lingkungan yang bersih dan sehat. 




Komentar

  1. Untuk sementara ini baru bisa membawa botol minuman dan gak minta plastik sama mba kasir dan harus mengupayakan selalu bawa tas sendiri dari rumah

    BalasHapus
  2. Duh iya nih sampah plastik tu skrg ada di mana2, di tampat ku juga seperti itu mba, dekat jembatan itu sampah semua, malah masih bakar2 sampah lagi mereka karena tidak percaya sama tukang sampah. Diet plastik penting bgt nih biar gak ketergantungan sama plastik dan temen2nya

    BalasHapus
  3. Betul banget kak, masalah sampah ini seperti PR yang tidak ada habisnya ya. Dan sudah jadi tanggung jawab kita bersama. Aku yang masih jadi PR besar ini memilah sampah, karena belum kesampaian buat mulai bikin kompos, padahal sampah organik ini bisa kembali ke tanah kan...

    BalasHapus
  4. Wah... Iya Mbak. Aku dengar TPA Piyungan mau dipindah ya?
    Untungnya aku tinggal di desa, jadi sampahnya bisa dibakar dan dijadiin pupuk tanah. Khusus sampah plastik kukasih ke pemulung biar bermanfaat.

    BalasHapus
  5. Poin lima itu Alhamdulillah aku kerjakan, Mbak. Jadi seminggu sekali aku kumpulin semua sampah botol lalu diberi ke temanku yang ngumpulin rongsok. Lumayan kalau dapat 1-2 kg dia bisa beli beras. Juga mengurangi sampah.

    BalasHapus
  6. terima kasih remindernya kak, saat ini mulai banyak juga UMKM, warung atau resto yang menggunakan peralatan sekali pakai dan in yang kadang kita tidak tahu, tahunya setelah makanan dan minuman diantar ke kita

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

20 Tips Menghemat Uang dalam Rumah Tangga

Cara Hemat Listrik di Rumah dan Manfaatnya